Agam, sinyalnews.com – Kasus Stunting meningkat di Sumatra Barat, terutama di Kabupaten Agam, khususnya di Kecamatan Malalak, yang kini terdapat 42 anak berstatus stunting.
Terkait itu, Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Sumatera Barat, bekerjasama dengan Komisi IX DPR RI, menggelar Sosialisasi, Advokasi dan KIE Penanganan Stunting, di Aula SMP Negeri 1 Malalak, Kabupaten Agam, Kamis (16/02/23).
Menurut Anggota Komisi IX DPR RI, Ade Rezki Pratama, berdasarkan Survey Status Gizi Nasional (SSGN), di Sumatra Barat, terutama Kabupaten Agam, dari tahun 2021 hingga 2022 terjadi peningkatan, khususnya di Kecamatan Malalak, dengan 41 anak berstatus stunting.
“Kita berharap, sesuai Perpres nomor 72 Tahun 2021, tentang Percepatan Penurunan Stanting. Target akhir tahun 2024, setidaknya, angka stunting berada di bawah 14 persen secara nasional, “kata Ade Rezki.
Untuk menuju Indonesia Emas tahun 2025, menurut Ade Rezki, harus dipersiapkan, bagaimana generasi yang lahir dan yang akan lahir, sehat dan terhindar dari stunting. Sementara itu, Camat Malalak, Rahmad Fajri, yang dihubungi secara terpisah, menyebut,
dari hasil ke lapangan, penyebab stunting karena masalah ekonomi, kemudian akibat orangtua yang tidak memperhatikan gizi anak, terutama dalam kandungan.
“Bulan Fabruari lalu terdapat 77 kasus stuntung, namun pada Agustus justru menurun menjadi 41 anak stunting. Hasil penimbangan terakhir yang dilakukan sekali dalam enam bulan belum keluar,” ujar Rahmad Fajri.
Menurutnya, dari turun ke lapangan, tidak semua anak bertubuh pendek itu stunting, ada juga anak bertubuh pendek karena faktor keturunan. Meski begitu, Camat Malalak, berharap, agar kasus stunting berlalu dari Malalak.
Sekaitan itu, Nurbaiti Djabang, dari BKKBN Sumbar, Mewakili BKKBN Sumbar, mengatakan, stunting muncul lebih banyak karena faktor ekonomi dan kurang gizi. Stunting akan berpengaruh kepada kecerdasan, berat badan dan tinggi badan anak.
“Untuk menghilangkan angka stinting ini, menuntut kerja keras, meningkatkan gizi balita, dan kader diminta agar jangan patah semangat. Kalau psien tidak datang ke Posyandu, agar mendatangi pasien tersebut, “kata Nurbaiti.
Disebutkan, stunting merupakan gagal tumbuh berkembangnya anak. Dari 199 negara di dunia, Indonesia berada pada ranking 100, sementara du Asia Tenggara, Indonesia berada pada ranking 10 terbanyak.
Guna menghindari stunting, selama dalam kandungan, bayi harus sehat, karena gizi buruk menyebabkan stunting. Hindari menikah dalam usia terlalu muda sehingga melahirkan juga terlalu muda. Melahirkan terlalu tua, juga tidak baik.
Menurutnya, penanggulangan stunting harus dimulai dari hulu, dengan menganjurkan tablet tambah darah, 3 bulan bagi calon pengantin, sebelum menikah.
“Makanan yang lebih bagi anak2 stunting adalah konsumsi telur, ” sebut Nurbaiti. (rul)