PELESTINA SINYALNEWS.com – Ketegangan di Jalur Gaza kembali memuncak setelah Hamas melancarkan serangan rudal besar-besaran ke wilayah Israel pada Minggu hingga senin (14/4). Sedikitnya 10 rudal dilaporkan menghantam kota Ashdod, Ashkelon, Yavne, dan sejumlah wilayah sekitarnya. Sirene peringatan meraung di banyak kota, memaksa warga Israel mengungsi ke tempat perlindungan. Tiga orang terluka, sementara kerusakan terjadi di berbagai titik penting.
Sayap militer Hamas, Brigade Al-Qassam, menyatakan bahwa serangan tersebut merupakan respons atas kejahatan militer Israel terhadap warga Gaza. Mereka menyebut serangan itu sebagai “awal dari neraka” yang selama ini dijanjikan kepada Israel. Hamas juga menyindir narasi lama dari Israel dan Amerika Serikat soal “gerbang neraka” di Gaza, menyiratkan bahwa kini giliran wilayah Israel yang merasakannya.
Dalam pernyataan terpisah, Hamas mengklaim telah menyiapkan sekitar 40.000 pejuangnya untuk menghadapi pasukan Pertahanan Israel (IDF). Sebaliknya, IDF justru dilaporkan mengalami tekanan internal yang besar. Ratusan tentara cadangan, termasuk dari unit intelijen dengan sekitar 2.000 personel, menandatangani petisi menolak bertugas di Jalur Gaza dan menuntut diakhirinya perang.
Krisis moral juga meluas ke unit-unit lainnya. Sedikitnya 150 mantan perwira Angkatan Laut dan puluhan dokter cadangan turut menyatakan penolakan dengan menandatangani surat petisi serupa.
Di lapangan, IDF dilaporkan menghadapi kesulitan dalam operasi menembus jaringan terowongan bawah tanah milik Hamas. Strategi militer pun dialihkan ke pertempuran darat berskala kecil dengan memanfaatkan pesawat nirawak dan taktik penyergapan.
Sementara itu, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dikabarkan Kabur ke Amerika Serikat untuk bertemu PresidenTrum guna membahas kemungkinan gencatan senjata. Namun, upaya diplomatik tersebut dinilai belum akan membuahkan hasil dalam waktu dekat, mengingat eskalasi di lapangan yang terus meningkat.