SINYALNEWS.COM – Mengutip dari Al-Mayadeen di Hama melaporkan bahwa tentara Suriah mendorong kelompok bersenjata lebih dari 20 kilometer jauhnya dari Kota. Sejak Rabu, 27 November, gencatan senjata antara Lebanon dan Israel dimulai. Namun, secara tiba-tiba, kelompok “jihadis” di Idlib, Suriah, mulai bergerak ke Aleppo.
Peristiwa ini juga diiringi dengan meningkatnya propaganda di dunia maya oleh kelompok-kelompok tertentu yang mendukung “jihad” di Suriah, disertai penyebaran ujaran kebencian yang memicu ketegangan sektarian.
Pertanyaan Publik yang Muncul:
• Mengapa kelompok milisi teroris di Suriah aktif kembali setelah gencatan senjata di Lebanon?
• Ke mana saja kelompok ini selama lebih dari satu tahun genosid@ di Gaza?
• Mengapa mereka tidak fokus berjihad ke Gaza tetapi justru melawan pemerintah Suriah?
Publik mengingat pada tahun 2019, militer Israel (IDF) secara terbuka mengakui bahwa mereka telah menyuplai senjata kepada kelompok “pemberontak” di Suriah. Pengaktifan kembali milisi-milisi teroris ini, bersamaan dengan perjanjian gencatan senjata di Lebanon, tampaknya bukanlah sebuah kebetulan.
Gencatan senjata memungkinkan Hizbullah untuk berkumpul kembali, memperbaiki infrastruktur, dan memperkuat sistem persenjataan melalui jalur pengiriman dari Iran lewat Suriah. Hal ini diduga menjadi alasan mengapa AS, Israel, dan sekutunya (termasuk Turki dan negara-negara Teluk) memanfaatkan kelompok-kelompok proksi untuk mengganggu stabilitas di Suriah.
Perkembangan Terbaru di Aleppo:
Lebih dari 20.000 “jihadis” Al-Qaeda dilaporkan menyerang Aleppo. Merespons hal ini, Tentara Arab Suriah (SAA), dengan dukungan Rusia, melancarkan serangan balasan yang mencakup penggunaan jet tempur untuk menghancurkan basis-basis teroris. Dunia internasional kembali diarahkan untuk “sibuk” memerhatikan konflik di Suriah, sementara isu Gaza perlahan tersisih dari pemberitaan.
Empat Kelompok Utama dalam Konflik Suriah:
1. Tentara Arab Suriah (SAA): Pasukan militer utama pemerintah Suriah, yang bekerja sama dengan kelompok paramiliter pro-pemerintah.
2. Pasukan Demokratik Suriah (SDF): Kelompok dominan Kurdi yang didukung oleh Amerika Serikat, menguasai wilayah timur Suriah.
3. Hayat Tahrir Al-Sham (HTS): Kelompok yang berakar dari Front al-Nusra, sebelumnya berafiliasi dengan Al-Qaeda. Diduga didukung oleh Qatar.
4. Pasukan Pemberontak Pro-Turki: Kelompok yang dikenal sebagai Tentara Nasional Suriah (SNA) atau Tentara Pembebasan Suriah, yang beroperasi di Suriah utara.
Aktivasi kembali kelompok-kelompok teroris proksi ini tampaknya bertujuan untuk mengalihkan perhatian dunia dari Gaza dan menggagalkan upaya penguatan “Poros Resistensi” (Iran, Hizbullah, Suriah). Masyarakat sipil memiliki peran besar dalam memahami konteks geopolitik ini untuk menentukan sikap yang benar-benar mendukung Palestina dan melawan agenda sektarian serta propaganda yang menyesatkan public. (Jodi)