SINYALNEWS.COM – Media sosial tengah diramaikan oleh video viral yang menampilkan pendakwah Gus Miftah, atau Miftah Maulana Habiburrahman, menyampaikan candaan yang dianggap kurang pantas kepada seorang penjual es teh keliling saat mengisi sebuah pengajian. Video tersebut memicu berbagai reaksi dari masyarakat.
Menangapi kejadian itu, Gus Miftah menyampaikan permintaan maaf secara terbuka.
Dalam video klarifikasinya yang dirilis pada Rabu (4/12/2024), ia mengungkapkan penyesalannya.
“Dengan kerendahan hati, saya minta maaf atas kekhilafan saya. Saya memang sering bercanda dengan siapa pun. Maka atas candaan kepada yang bersangkutan, saya akan meminta maaf secara langsung dan mudah-mudah dibukakan pintu maaf untuk saya,” ujar Gus Miftah.
Selain itu, Gus Miftah juga meminta maaf kepada masyarakat atas kegaduhan yang terjadi akibat candaan tersebut.
“Kemudian, saya juga meminta maaf kepada masyarakat atas kegaduhan ini, terutama mereka yang terganggu dengan tindakan saya yang mungkin dinilai berlebihan. Untuk itu, saya mohon Maaf Kejadian ini menjadi introspeksi bagi saya untuk lebih berhati-hati dalam berbicara di masa mendatang,” menambahkan
Kronologi Kejadian
Dalam video yang viral, Gus Miftah terlihat bertanya kepada seorang penjual es teh keliling apakah dagangannya masih banyak.
Namun, candaan yang ia lontarkan setelah itu, termasuk menyebut kata “goblok”, dianggap menyinggung sang penjual. Video tersebut langsung menjadi perbincangan hangat di media sosial, dengan banyak yang menilai candaan itu tidak pantas.
Dampak Insiden
Insiden ini membawa dampak besar bagi para penjual es teh. Tak hanya menerima permintaan maaf dari Gus Miftah, pria tersebut juga mendapatkan perhatian dari berbagai kreator konten yang datang ke rumahnya untuk memberikan bantuan. Namun, fenomena ini juga menuai kritik dari publik yang menganalisis motif di balik aksi para pembuat konten.
“Keviralan seperti ini seperti gula bagi semut. Banyak yang datang memberikan bantuan, tapi apakah ini murni empati atau hanya untuk mengejar cuan?” ujar seorang pengamat media sosial.
Warganet juga menyoroti pola masyarakat yang baru bertindak setelah sebuah kisah menjadi viral.
“Kalau benar-benar peduli, kenapa harus menunggu viral dulu?
Banyak penjual kecil, guru honorer, petani, hingga peternak yang juga membutuhkan perhatian tanpa harus jadi sorotan publik,” ujar seorang pengguna media sosial.
Di balik kejadian ini, fenomena keviralan memang kembali menjadi sorotan. Apakah kehebohan publik hanya soal empati saat atau ada kepentingan lain yang bermain? Satu hal yang pasti, Gus Miftah mengingatkan bahwa tidak ada salahnya belajar dari setiap kejadian untuk menjadi lebih baik.
Di tengah sorotan tajam ini, Gus Miftah berkomitmen untuk belajar dari kejadian tersebut. Ia berharap kejadian ini menjadi pelajaran bagi semua pihak untuk lebih bijak dalam bertindak dan berbicara. (Jodi)