Home / BERITA / DAERAH / NASIONAL

Wednesday, 20 December 2023 - 18:08 WIB

Kilas Balik Masa Kecil Fauzi Bahar, Jualan Sayur hingga Menyewakan Buku

Padang, Sinyalnews.Com,- Fauzi Bahar lahir di Ikua Koto, Kecamatan Koto Tangah, Padang, tanggal 16 agustus 1962. Ayahnya bernama Baharudin Amin. Namun lebih dikenal dengan sebutan Wali Bahar, karena pernah menjabat sebagai Wali Nagari pada zamannya dulu. Ibunya bernama Nurjanah Umar, seorang guru yang juga aktivis muhammadiyah. Keduanya kini sudah tiada.

Fauzi Bahar anak ke-4 dari enam orang bersaudara. Kakak tertua seorang perempuan (satu satunya perempuan) bernama Khalidah hanum, seorang guru yang mengajar di Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) Lubuk Buaya Padang. Dia tinggal di Ikua Koto, tepat di sebelah rumah gadang Fauzi Bahar. Berturut-turut Taufik Bahar (almarhum), guru SD Batang Anai, Kabupaten Padang Pariaman, yang tinggal di perumahan Mega Permai, Kayu Kalek, Lubuk Buaya, Padang. Fakhri Bahar, swasta, tinggal di Perum.Nuansa Indah 3 Gurun Laweh Kel.KPIK, Padang. Fadli, adik Fauzi Bahar, tinggal di Ikua Koto, depan rumah gadang keluarganya, wiraswasta, dan terakhir Fahmi, yang berkarir di TNI AL.

Masa kecil Fauzi Bahar, bukanlah masa yang enak untuk dikenang. Jangan membayangkan, sebagai seorang anak Wali Nagari Ikua Koto, maka dia akan bisa hidup dengan senang, untuk ukuran masa itu. Tidak. Sama sekali tidak. Justru kehidupan keluarganya sangatlah memilukan. Walau demikian orang tua selalu menyuruh kami selalu dengan wajah tersenyum dengan siapa saja.

Pekerjaan ayahnya sehari-hari adalah seorang petani, yang penghasilannya pas-pasan. Walau sumber keuangan dibantu dari gaji ibunya seorang guru MTsN, namun tetap saja tidak cukup untuk membiayai sekolah enam orang anak mereka dan biaya hidup sehari-hari. Mereka hidup kekurangan. Untuk makan sehari-hari, serba terbatas. Makan mereka berenam dijatah, sambal yang tersedia hanya pas untuk satu orang. Tidak boleh tambah.

Untuk menambah penghasilan, maka sang anak laki-laki, mulai dari Taufik Bahar(almarhum), Fakhri Bahar, Fauzi Bahar hingga Fadli, diharuskan berjualan sayur-mayur. Fahmi masih belum diikut-sertakan, karena masih terlalu kecil. Maka berangkatlah kakak-beradik ini keliling Ikua Koto hingga Tabing untuk menjual sayur-sayuran hasil kebun mereka, berupa kangkung dan bingkuang.

Kagkung dijual di Ikua Koto dan sekitarnya. Sedangkan buah Bingkuang dijual di Pasar Raya Padang. Kangkung dijual Rp. 5 per ikat. Mereka membawa 100 ikat ~150 ikat setiap hari. Rata-rata, mereka bisa menghasilkan Rp. 500 per hari. Uang hasil penjualan sayur-mayur itulah yang membantu biaya sekolah mereka.

Baca Juga :  Menhan Prabowo Dampingi Presiden Joko Widodo dalam Kunjungan Paus Fransiskus di Istana Merdeka

Selain dijual sendiri, ada juga yang dititipkan ke warung-warung. Uang hasil penjualan kangkung tersebut baru mereka jemput sepulang sekolah. Hal itu dilakukan usai shalat subuh hingga waktu berangkat ke sekolah tiba, sekitar pukul 06.30 pagi. Sedangkan sore hari, usai pulang sekolah, tidak ada waktu bermain bagi anak-anak keluarga Bahar. Mereka harus pergi ke kebun, untuk memetik sayur-sayuran, membawa pulang ke rumah untuk dibersihkan, dan diikat. “Kami terkadang iri melihat anak-anak lain bisa main bola sore hari, sedangkan kami harus pergi ke ladang untuk memetik sayur,” ujar Fadli.

Di sela-sela kegiatan rutin pergi sekolah, memetik sayuran, jualan sayur dan kue mangkuk, hal pokok yang tidak pernah ditinggalkan Fauzi Bahar adalah belajar mengaji di Surau Tabek, yang berada persis di depan rumahnya. Sikap keras ayahnya, yang sangat disiplin dalam menanamkan ajaran Islam dalam diri anak-anaknya, khususnya Fauzi Bahar, inilah yang menjadi modal dasar penerapan dan pendidikan aqidah Islam yang dilakukannya selama ini.

Kehidupan yang serba sulit tersebut dijalaninya sampai Fauzi Bahar berkuliah di IKIP Padang, tahun 1982-1987. Semasa kuliah di Fakultas Ilmu Pendidikan dan Kesehatan (kini FIK), Fauzi Bahar juga berusaha untuk meringankan biaya kuliahnya, dengan cara membantu saudara sepupunya yang membuka usaha taman bacaan dan penyewaan buku, di Tabing, tepatnya di belakang SMP 13 Padang. Fauzi Bahar semasa kuliahnya juga pernah menjadi guru olah raga honorer di MTsN tempat ibunya mengajar.

Dari usaha sampingan ini, Fauzi Bahar menyisihkan rupiah demi rupiah untuk ditabung dan sebagian diberikan pada ibunya. Kelak dari hasil tabungannya inilah, yang dipakai Fauzi Bahar untuk biaya pendidikannya menjalani wajib militer (wamil) TNI AL.

Anak yang Soleh Fauzi Bahar adalah tipikal anak idaman orang tua. Betapa tidak, sejak kecil, dia sudah sangat berbakti kepada kedua orang tuanya. Semua perintah ayahnya, dilaksanakan tanpa pernah berkeluh-kesah. Disuruh shalat, dia shalat. Bahkan lebih dari itu, dia rajin shalat tahajud. Diperintahkan puasa, dia berpuasa. Bahkan dia juga tidak pernah lupa untuk berpuasa Senin-Kamis. Fauzi Bahar dari kecil tidak pernah menyerah dengan kegagalan. Dia menganggap kegagalan itu sesuatu yang tertunda, bukan kegagalan dan tak berhenti ditengah jalan.

Fauzi Bahar tidak ketinggalan belajar silat, yang merupakan seni tradisi anak nagari Minangkabau. Dia belajar silat di perguruan Pat Ban Bu (Empat Banding Budi) di Ikua Koto. Bahkan setelah tamat belajar silat, dia menjadi pelatih silat di perguruan Pat Ban Bu tersebut.

Baca Juga :  Koramil 13 Salem Kodim 0713 Brebes Latih Paskibra.

Fauzi Bahar adalah anak yang sangat sayang kepada kedua orang tuanya, khususnya kepada ibunya Hj.Nurjanah Umar. “Saking sayangnya, setiap hari Fauzi membuatkan air Bungo Rayo untuk Ibu. Kami saja tidak bisa seperti itu,” kata Fadli. Fauzi Bahar setiap hari juga menyediakan air wudhu untuk ibunya, yang diletakkan di bawah tangga rumah gadang mereka. Ia tak ingin ibunya harus berjalan naik tangga-turun tangga, menuju kamar mandi yang terletak di beberapa meter di samping rumah mereka.

Ada cerita pilu ketika Fauzi muda diterima menjadi anggota TNI AL melalui jalur wamil, setamat kuliah dulu. Ketika berita gembira itu disampaikan kepada ibunya, apa jawab ibunda tercinta? “Ibu tidak ada uang Zi. Sama sekali tidak ada uang. Sama apa ibu akan membiayai perjalananmu ke Jawa? Kata ibunya pilu. Kakak dan adik Fauzi Bahar yang mendengar kalimat ibu mereka, tak kuasa menahan air mata yang menetes perlahan.

Tapi dengarlah jawab Fauzi Bahar. “Tidak apa-apa bu. Saya mohon doa restu ibu saja, agar saya sukses di karier yang saya pilih ini.”

Semua saudaranya tidak ada yang tahu, darimana Fauzi Bahar memperoleh uang untuk biaya perjalanannya ke Jawa. Dia tidak pernah memberitahukan. “Sampai sekarang, kami tidak tahu darimana dia mendapat uang. Mungkin dari tabungannya selama ini,” kata Khalidah Hanum.

Berkat rahmat dan ma’unah dari Allah SWT, dengan ikhtiar dan tekad yang kuat, pantang menyerah menghadapi masalah, taat beribadah, dan restu Ibunda tercinta, akhirnya membawa Fauzi Bahar sukses dalam kariernya, hingga kemudian menjadi Walikota Padang.

Selalu komitmen dalam pembinaan mental dan akhlak melalui Agama Islam. Sejalan dengan itu, dampak positif dari selalu mengumandangkan nama-nama Allah Swt yang baik dan indah itu, Alah swt selalu melindungi alam Kota Padang.

Sosok Fauzi Bahar seorang pemimpin yang paling mudah bergaul dengan siapapun, dia tak pernah membedakan orang dalam pergaulan, siapapun dijadikan teman yang baik sebagai sahabat.

(Tb Mhd Arief Hendrawan)

Share :

Baca Juga

BERITA

Nikita Salsabila Fresil & Kevin Sabri Wakil SMAN 3 Padang Pada Upacara Hari Sumpah Pemuda di Kantor Gubernur Sumbar

BADAN NEGARA

Dukung Program Ketahanan Pangan, Babinsa Koramil 1710-02/Timika Bantu Warganya Dalam Memanen Jagung

BERITA

Gubernur Minta Disperindag Aktif Dekati Konselor Perdagangan Turki dan Australia  

ARTIKEL

Korem Wijayakusuma Peduli Kesehatan Prajuritnya

BUDAYA

PENERIMAAN MAHASISWA BARU PROGRAM PENDIDIKAN OLAHRAGA-S2 FIK UNP, KULIAH Februari 2025

ARTIKEL

Kick Off Meeting Rakernas, Kemenag Kota Padang Komit Dukung Penuh Program Menag RI

BERITA

Jelang Nataru, Polres Pekalongan Gelar Razia Miras

BERITA

Dukung Pemulihan Kemiskinan Ekstrem, Babinsa Koramil 07/Maos Dampingi Penyaluran BLT-DD