Kota Pekalongan – Sinyalnews.com
Pemerintah Kota Pekalongan melalui Dinas Lingkungan Hidup tengah menggencarkan upaya pengelolaan sampah melalui upaya pilah sampah dan pengembangan budidaya maggot. Hal ini dilakukan untuk membantu mengurangi sampah yang ada di Tempat Pemrosesan Akhir (TPA).
Walikota Pekalongan, HA Afzan Arslan Djunaid menjelaskan bahwa, Maggot atau larva lalat Black Soldier Fly biasa digunakan sebagai pakan ikan budidaya dalam bentuk kering maupun segar. Budidaya maggot memanfaatkan sampah organik rumah tangga yang biasa di dapur seperti sayur dan buah-buahan.
“Sampah organik nantinya akan menjadi pakan maggot dan bahan baku pupuk dan pestisida nabati. Alhamdulillah progress pengembangan budidaya maggot di Kota Pekalongan berjalan lancar,” ucap Mas Aaf, sapaan akrabnya.
Bahkan menurutnya, sudah ada pihak swasta yang sudah bekerjasama dengan Pemkot Pekalongan untuk turut serta mengembangkan budidaya maggot. Sehingga, tinggal upaya pemaksimalannya ke depan. Mas Aaf menyebutkan, beberapa komunitas masyarakat di sejumlah kelurahan juga sudah ada yang menghasilkan panen maggot sebanyak 1 kwintal per hari.
“Menurut Saya, ini jumlah yang sangat banyak, rencananya juga dikemas supaya bisa dijual ke masyarakat. Maggot ini sangat bermanfaat untuk pakan unggas, lele, dan sebagai. Hasil ternaknya juga lebih cepat besar dan dagingnya bisa lebih gurih, dan bisa menekan biaya pakan,” tegasnya.
Sementara itu, Kepala DLH Kota Pekalongan, Joko Purnomo menyadari, budidaya maggot di Kota Pekalongan memang belum menyeluruh di seluruh wilayah di Kota Pekalongan, namun DLH bersama kecamatan dan kelurahan berupaya untuk menumbuhkan suatu pemberdayaan masyarakat dalam mengimplementasikan budidaya maggot dan hasil kelanjutannya untuk peternakan, perikanan, dan pertanian.
“Seperti yang ada di Kelurahan Jenggot. Ke depan, kami harapkan pengelolaan sampah ini berhasil dan budidaya maggot bisa dipenuhi dari aksi olah sampah itu sendiri,” beber Joko.
Joko memaparkan, dari budidaya maggot, untuk di Kelurahan Kuripan Kertoharjo bisa menghasilkan panen 20 kg per hari, Kelurahan Banyuurip ada yang sampai 10 kg per hari, dan Kelurahan Krapyak juga sudah berjalan, namun belum bisa kontinyu karena keterbatasan lahan. Oleh karena itu, DLH mendorong pemberdayaan masyarakat ke arah pilah sampah.
” Kalau sudah pilah sampah, pengelola akan lebih mudah mengambilnya. Apabila semua masyarakat sudah sadar, maka persoalan sampah ini bisa tuntas dan tidak harus dibuang ke TPA. Kami juga support apabila ada masyarakat yang ingin berbudidaya maggot bisa kontak dan sinergi bersama DLH,” pungkasnya.