PadangPanjang.Sinyalnews.com – INSPIRASI itu kembali datang dari sosok Gen-Z asal Kota Padang Panjang, Muhammad Ibnu Sabri. Dari Eropa tenggara tepatnya di Negara Turki, anak dari pasangan ASN Marjulas Sabri dan Trinanda Wahyuni ini menorehkan catatan prestasi. Yaitu melaksanakan Khotmil Kubra Al-Qur’an 30 Juz.
Pemuda kelahiran 8 Oktober 2004 itu menyelesaikan pembacaan seluruh ayat Al-Qur’an dalam sehari penuh tanpa melihat mushaf. Dilaksanakan bakda Salat Subuh hingga pukul 22.00 malam waktu setempat. Prestasi ini dia raih di United Islamic Cultural Centre Sulaymaniyyah di Bakirköy, Turki, pada Maret lalu.
Penilaian Khotmil Kubra sangat ketat, terutama dalam kefasihan dan ketepatan hafalan. Setiap peserta yang melakukan lebih dari 10 kesalahan akan mendapat remedial.
Hanya delapan orang yang berhasil. Seluruhnya berasal dari Indonesia. Sedangkan para santri dari Turki, Uzbekistan, Rusia, Korea, Malaysia, Singapura, Thailand, Taiwan, Jepang, Amerika, Kanada, Mesir, dan Sudan dinyatakan belum siap saat itu.
Bagi Ibnu, prestasi ini merupakan yang ketiga kalinya. Sebelumnya capaian itu dia raih di Pesantren Sulaymaniyyah Medan, Provinsi Sumatera Utara sebanyak dua kali.
Ibnu pun mendapat reward, membawanya ke Malaysia dan Singapura. Sekaligus mengantarkannya melanjutkan beasiswa pendidikan Al-Qur’an di Turki.
Sudah satu tahun empat bulan Ibnu menempuh pendidikan di negara ini. Ia akan menuntaskannya selama tiga setengah tahun dengan gelar “Hoca Effendy” (HE), gelar kehormatan dalam bahasa Turki Utsmaniyah.
Pesantren di Turki tempat Ibnu menimba ilmu ini mengikuti pemahaman Ahlusunnah wal Jamaah, yang merupakan mayoritas paham Islam di Turki.
Program ini bertujuan mencetak generasi muda muslim yang ahli dalam menghafal dan memahami Al-Qur’an dan menguasai metode pembelajaran Tahfiz Sulaymaniyyah. Serta metode Turki Utsmani, menekankan pada hafalan dan pengulangan untuk menguatkan hafalan.
Dalam perjalanannya, Ibnu memupuk pesan khusus bagi generasi muda. Menurutnya, waktu muda hanya sekali harus dimanfaatkan untuk hal-hal yang baik.
“Pemuda harus menjadi teladan bagi bangsa dan generasi mendatang. Pemuda memiliki kekuatan besar untuk membawa perubahan bagi bangsa. Dimulai dari akhlak yang baik, integritas, hingga kemampuan dalam memanajemen waktu,” ujarnya.
Ibnu mengutip nasihat dari salah seorang gurunya bahwa mendidik generasi muda bukan hanya menghindarkan dari kejahatan, melainkan memberikannya ilmu dan contoh yang baik dalam kehidupan.
Ibnu berusaha menerapkan setiap ilmu yang ia pelajari dalam kesehariannya. Menjadikannya bukan sekadar penuntut ilmu, tetapi pelaksana nilai-nilai Al-Qur’an.
Kisah Ibnu mengingatkan bahwa pemuda adalah aset bangsa. Imam Mu’adz bin Muslim berkata, “Celaka bagi orang berilmu yang tidak menerapkan ilmunya.”
Ibnu, dengan ketekunan dan kerendahan hatinya, memberikan inspirasi bagi pemuda Indonesia untuk aktif, berprestasi, dan menjadi pelaku sejarah. Generasi muda seperti Ibnu adalah fondasi masa depan bangsa yang cerah. (Paulhendri)