Ketua MUI Sumbar : Cap Go Meh Ritual Agama Bukan Budaya
Padang, Sinyalnews.com,- Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sumatera Barat Buya Gusrizal Gazahar mengatakan, Cap Go Meh bukan budaya melainkan ritual agama umat Tionghoa. Hal ini disampaikan Buya
menyikapi maraknya pemberitaan tentang penolakan arak-arakan Cap Go Meh oleh Forum Masyarakat Minang dan Ormas Islam yang ada di Sumatera Barat.
“Cap Go Meh merupakan ritual agama, jadi wajar FMM dan ormas Islam menolak rencana arak-arakan perayaan cap go meh secara besar-besaran debgan melewati rute yang mana umat Islam jadi terganggu pelaksanaan ibadahnya. J2angan rusak akidah umat Islam dengan mengatakan bahwa cap go meh hanya sebuah budaya, sehingga umat islam berbondong-bondong ikut memeriahkannya” ujar Buya.
Buya Gusrizal menghimbau, agar pihak penyelenggara mematuhi saja apa yang sudah menjadi kesepakatan saat rapat bersama Sekda Prov kemaren. “Patuhi saja itu” kata Buya. Buya mengatakan kalau dirinya sudah menghubungi Kepala Dinas Pariwisata Sumbar Luhur Budianda agar perayaan cap go meh sesuai dengan kesepakatan antara ormas Islam yang tergabung dalam FMM dengan pemerintah kemaren.
Seperti diketahui, Sekda Provinsi Sumbar mengadakan rapat dengan 48 Ormas Islam yang tergabung FMM, Kamis, (26/1/2023) bertempat di ruang sidang Gubernur lt 2 jalan Sudirman Padang guna menyikapi penolakan FMM terhadap rencan arak-arakan Cap Go Meh tanggal 5 Februari yang akan datang.
Hadir dalam pertemuan tersebut, Sekda Prov. SUMBAR,
KESBANGPOL SUMBAR, KADIS pariwisata SUMBAR,
SKPD terkait, Persatuan 48 ORMAS Islam dalam ikatan FMM, Tokoh Masyarakat Adat dan Agama serta Bundo Kanduang, Pihak Polresta Padang, Pihak KODIM serta awak media.
Sekretaris FMM Ustadz Munzir Jalaluddin mengatakan, hasil pertemuan persatuan ORMAS bersama FMM dengan Pemprov Sumbar menghasilkan beberapa kesepakatan. “Kita minta Pemprov komit dengan kesepakatan yang sudah disepakati” ujar Ustadz Munzir.
Berikut kesepakatan antara Pemprov Sumbar dengan FMM dan Ormas Islam :
1. Pemprov akan mengusahakan pembatalan rute acara pawai Cap Go Meh agar dilaksanakan sebagaimana biasanya di area klenteng saja.
2. Anggaran Dana 1M untuk acara tahun baru Imlek sudah dicairkan dan telah terpakai 800 juta dan sisanya 200 juta untuk pawai.
3. Kedatangan DUBES China yang diundang akan dibatalkan mengingat situasi yang sedang sensitif soal TKA vs TKI di Morowali.
4. Penolakan ORMAS soal rute acara bukan karena anti ras, adat dan agama melainkan agar warga Tionghoa tidak melanggar aturan pelaksanaan ritual ibadah. Sebab ritual itu melibatkan warga yang dilewati maka otomatis akan merusak aqidah Muslim. Jika tetap diadakan demikian berarti hal itu adalah sikap intoleran warga Yionghoa.
5. Situasi yang sedang sensitif soal TKA China akan bisa dimanfaatkan oleh oknum provokator yang bisa menimbulkan masalah besar sehingga akan tertuduh orang yang tidak bersalah sebagaimana kasus2 yang terjadi belakangan seperti SAMBO, isu 3000 teroris di SUMBAR dll.
(Marlim)