Padang, Sinyalnews.com,- Sungguh tragis nasib yang dialami Frengki Mardoni (39). Dirinya harus menjadi pengangguran gara-gara perusahaan tempatnya bekerja harus mengurangi karyawan akibat merebaknya Covid-19. Perusahaan tidak mampu membayar gaji karyawan sehingga berdampak kepada pengurangan karyawan, termasuk Frengk Mardoni.
Frengki mempunyai anak 6 orang, tiga sudah sekolah sementara yang tiga lagi masih balita atau belum sekolah. Saat ini Frengki kerja serabutan, apa saja asal jadi uang. Saat ini Frengki bekerja sebagai buruh tani dan tinggal di pondok sawah. “Kadang dapat kerjaan hanya cuma bisa buat beli beras, kalau tidak dapat pekerjaan tidak ada gaji kadang sering kami bersama anak-anak tidak makan” ujar Frengki.
Terkadang beras sedikit, supaya bisa kenyang semuanya istri saya suruh bikin bubur saja dan di kasih gula, yang penting perut anak saya kenyang, ungkapnya. “Bahkan terkadang kami puasa karena tidak ada beras yang mau di masak.” ujar Frengki sedih.
Sekarang anak Frengki terancam putus akibat tidak ada biaya. Pihak sekolah minta semua hutang dilunasi agar anaknya bisa ikut ujian. “Saya sudah laporkan permasalahan saya ini kepihak kelurahan untuk bisa di bantu, tapi sejauh ini belum juga ada tanggapan oleh pihak kelurahan maupun pejabat di daerah kami ini yg punya wewenang, saya tak tau lagi harus mengadu kemana” ungkap Frengki sedih.
Tokoh masyarakat Bungus Timur Syahrial mengatakan, sangat miris melihat nasib yang dialami Frengki dan keluarganya. Menurut Syahrial pembagian bantuan dari pemerintah banyak yang tidak tepat sasaran. “Banyak orang seperti Frengki ini tidak pernah tersentuh oleh program bantuan pemerintah. “Jangankan terima bantuan, masuk DTKS juga nggak” ujar Syahrial.
Pihak kelurahan menurut Syahrial, pilih-pilih dalam memasukkan data warganya ke DTKS. “Ada orang yang tidak pantas menerima BLT, akan tetapi karena kedekatannya dengan PSM.dan pihak kelurahan, namanya masuk juga dalam DTKS, padahal dia orang kaya” ungkap Syahrial kesal.
Akibatnya terjadi kecemburuan sosial ditengah-tengah masyarajat. “Orang kaya begitu dapat bantuan PKH pulang terima uang bisa beli emas kepasar, sementara yang miskin dan kurang mampu ini buat beli beras saja tidak ada tapi tidak pernah mendapatkan bantuan dari pemerintah” ucapnya.
Syahrial mengaku sudah pernah membicarakan hal ini dengan petugas PSM dan pihak kecamatan Bungus, akan tetapi sampai sekarang belum ada tanggapan. Syahrial berharap agar tim dari Pemko Padang turun ke lapangan guna memastikan apakah BLT yang disalurkan sudah tepat sasaran apa tidak. Agar tidak ada lagi warga yang miskin yang tidak menerima bantuan
(Marlim)