Home / BERITA / HUKUM / INTERNASIONAL / PERISTIWA / POLITIK

Monday, 9 December 2024 - 12:06 WIB

Peran Turki dan Nato Menggeser Perang Palestina ke Suriah

Sinyalnews.com – Sepak terjang Turki sebagai anggota NATO sering memainkan peran strategis dalam berbagai konflik internasional, khususnya di kawasan Timur Tengah, Kaukasus, dan Afrika Utara. Sebagai anggota NATO, Turki memanfaatkan keanggotaannya untuk mendukung kepentingan nasionalnya. Mengutip Almayadeen dan median pendukung, Berikut adalah rangkuman peran Turki dalam beberapa konflik besar:
1. Konflik Libya
Turki mendukung Pemerintah Kesepakatan Nasional (GNA), yang diakui oleh PBB, dalam menghadapi pasukan Jenderal Khalifa Haftar selama konflik Libya. Dukungan militer Turki, termasuk penggunaan drone canggih dan penasihat militer, membantu GNA mempertahankan Tripoli dan merebut kembali wilayah strategis. Meskipun konflik berujung pada tumbangnya Muammar Gaddafi, Libya tetap terjebak dalam instabilitas politik, dengan nasib rakyatnya yang memprihatinkan akibat konflik berkepanjangan.
2. Blokade Qatar (2017)
Pada tahun 2017, Turki menunjukkan dukungannya terhadap Qatar ketika negara itu menghadapi blokade diplomatik dan ekonomi dari Arab Saudi, Uni Emirat Arab (UEA), Bahrain, dan Mesir. Turki menyediakan dukungan logistik, politik, dan militer, termasuk pengerahan pasukan ke pangkalan militernya di Qatar. Langkah ini membantu Qatar mempertahankan stabilitas keamanan dan mempercepat penyelesaian krisis diplomatik.
3. Perang Nagorno-Karabakh (2020)
Dalam konflik antara Azerbaijan dan Armenia di Nagorno-Karabakh, Turki memberikan dukungan penuh kepada Azerbaijan yg pemerintahanya 90% Syiah, baik secara politik maupun militer. Salah satu kontribusi utama adalah penyediaan drone tempur Bayraktar TB2, yang terbukti sangat efektif dalam membantu Azerbaijan merebut kembali wilayah yang sebelumnya dikuasai Armenia. Dukungan Turki memperkuat hubungan strategis kedua negara, meskipun juga memicu kritik internasional terkait eskalasi konflik.
4. Keterlibatan di Suriah
Ditengah genjatan senjata Hizbullah melawan Israel.
Pecah perang suriah. Kelompok milisi yang didukung Nato, dan Turki di garda depan serta beberapa negara Arab lainnya; Hay’at Tahrir Syam (HTS), Al-Qaeda, ISIS, DAIS dan yang pro dengan mereka. Walaupun bukti gamblang terpampang di depan hidung mereka tentang Israel, tapi mereka tidak pernah memeranginya, justru memerangi Suriah yang selalu mendukung PALESTINA dan anti terhadap Israel. Disaat yang sama, tentara Israel mengumumkan bahwa mereka meningkatkan kehadirannya di Dataran Tinggi Golan, mengerahkan pasukan ke lokasi-lokasi penting di zona demiliterisasi.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan membahas sejumlah isu regional utama pada hari Jumat, termasuk perkembangan yang sedang berlangsung di Suriah, dan menyampaikan harapannya agar “pasukan anti-rezim dapat terus maju dengan lancar menuju Damaskus.”
“…Idlib, Hama, Homs, dan targetnya, tentu saja, Damaskus. Gerakan oposisi terus berlanjut. Harapan kami adalah agar kemajuan di Suriah ini terus berlanjut tanpa kecelakaan atau bencana,” kata Erdogan kepada wartawan setelah salat Jumat di Istanbul.
Turki memainkan peran penting dengan mengintervensi konflik yang berkepanjangan di sana. Meskipun beberapa pihak menyebut perang di Suriah sebagai “perang antar mazhab,” realitas konflik ini lebih kompleks, melibatkan kepentingan politik, ekonomi, dan strategis dari berbagai aktor internasional. Barat dengan kekuatan penuh berhasil menyingkiran presiden Assad yg sedang ditinggal Rusia.
Disadari atau pun tidak, Pihak Barat, termasuk NATO, tidak pernah mendukung satu mazhab tertentu. Hanya, kepentingan ekonomi dan dominasi politik di kawasan Timur Tengah sering kali menjadi alasan utama keterlibatan mereka. Di sisi lain, masyarakat internasional juga mengkritik kebijakan luar negeri negara-negara Barat yang dianggap memperuncing perpecahan di dunia Islam.
Refleksi dan Harapan Perdamaian

Baca Juga :  Meriahkan Peringatan Hari Bhayangkara ke 77, Polda Jateng Gelar Olahraga Bersama TNI Polri

Konflik di Suriah, seperti juga di Afghanistan dan Chechnya yg disokong penuh pihak Barat sekarang berbalik arah mendukung Rusia dan memerangi Barat. Hal ini menjadi pengingat bahwa perang tidak pernah membawa kebahagiaan. Pertanyaan yang mendalam sering kali muncul: “Mengapa kita mau dijadikan alat untuk saling beradu domba?”
Sebagian rakyat Suriah saat ini tampaknya merestui kejatuhan Bashar al-Assad, tetapi keputusan itu harus dihormati tanpa memandang siapa yang berada di baliknya. Harapan bagi masa depan adalah tercapainya perdamaian di wilayah ini, yang telah lama menjadi saksi sejarah peradaban manusia.
Turki cukup berhasil memanfaatkan posisinya di NATO untuk memperkuat pengaruhnya di berbagai konflik internasional. Namun, langkah-langkahnya juga sering mengundang kritik global, baik terkait pendekatan militernya maupun dampaknya terhadap stabilitas regional. (Jodi)

Share :

Baca Juga

BERITA

Seorang Remaja Terseret Arus Saat Berenang Di Pantai Bunton

BERITA

Peringati Hari Bhayangkara 2023, Polda Jateng Gelar Doa Bersama Lintas Agama

BERITA

Kapolda Jateng Pimpin Sertijab Waka Polda, 3 PJU dan 9 Kapolres Jajaran Polda Jateng

ARTIKEL

Pangkalan Bakamla Batam Tebar Kepedulian Lewat Program Jum’at Berkah

ARTIKEL

H. M. Syafril Huda Salurkan Dana Pokirnya Untuk Pelatihan dan Inovasi Bagi Wirausaha Pemula Kerja Sama Dengan Dinas Koperasi UKM Sumbar

ARTIKEL

Calon Wakil Walikota Padang Amasrul Memberikan Semangat Dan Motifasi Kepada Para Peserta DPP LPPKI Sumatera Barat

BERITA

Kakanwil Kemenag Sumbar: Narasumber di OMad MTsN 1 Kota Padang Jadilah ASN Hebat dan Bermanfaat, Berikut Pesan Bincang Bincangnya

BERITA

Gubernur Sumbar Launching Pesantren Ramadhan